HKIKAT BAHASA DAN FUNGSI BAHASA
MAKALAH HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
HKIKAT BAHASA DAN FUNGSI BAHASA
1. Erik yonanda
2. Muliyadi
Dosen pembimbing :
Matrison SPd.MPd.
YAYASAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATRA BARAT (UISB)
SOLOK NAN INDAH
(YP3 UISB SNI)
2010 / 2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terutama kepada bapak Matrison M Pd dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BLAKANG
Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami perkembangan.Dan perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu terjadi, oleh karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia itulah yang mengakibatkan bahasa itu menjadi tidak statis, atau meminjam istilah Chaer (1994:53) bahwa bahasa itu dinamis.
Kecenderungan studi bahasa yang memisahkan bahasa dengan dimensi pemakai dan pemakaiannya (konteks sosialnya) inilah yang kemudian mengilhami lahirnya pendekatan baru dalam studi bahasa yaitu sosiolinguistik. Dalam hal ini, objek studi bahasa dalam pandangan sosiolingustik bukan hanya semata dilihat dari sistem atau kaidah-kaidah bahasa itu, melainkan juga pada konteks dan komunikatifnya. Sejalan dengan ini Tallei (1997) menyatakan bahwa bahasa tidaklah digunakan dalam bentuk kalimat yang terisolasi, melainkan dalam situasi nyata yang dilatarbelakangi oleh konteks dan digunakan untuk tujuan berkomunikasi.
Sehingga dengan demikian objek studi bahasa dalam perspektif sosioliguistik adalah parole (dalam konsep Saussure,1916), atau performansi (dalam konsep Chomsky). Konsep-konsep parole dan performansi itu diabstraksi dari bahasa yang benar-benar digunakan secara aktual. Setiap orang akan menghasilkan parole dan performance secara berbeda. Dari perbedaan itulah kemudian dikenal variasi bahasa..
Pada waktu anggota masyarakat bahasa berinteraksi, mereka menggunakan aturan-aturan yang mereka mengerti bersama tentang bagaimana menyampaikan pesan dan memberikan respon, bagaimana bertanya-jawab, bagaimana memberikan pengahargaan dan sanjungan, bagaimana tanggapan tentang hal itu disampaikan, dan banyak hal lain yang secara rutin dihadapi setiap hari.
Di dalam kehidupannya bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun, nampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lain.
Oleh karena itu, untuk memahami bagaimana wujud komunikasi yang dilakukan dengan bahasa ini, terlebih dahulu dalam makalah ini akan dibicarakan apa hakikat bahasa, apa hakikat komunikasi, kemudian baru dibicarakan apa dan bagaimana komunikasi bahasa itu, serta apa dan bagaimana kelebihannya dari alat komunikasi lain.
2.TUJUAN
Salah satu penyelesaian tugas bahasa Indonesia
Bab II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa
1. Bahasa itu sistematik,
Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol dari suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga terucapkan. Kata pnglln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di dalamnya. Kalimat Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya sitematis, tetapi kalau diubah menjadi Pagi pergi ini kampus ke Faris tidak bisa dimengarti karena melanggar sistem.
Bukti lain, dalam struktur morfologis bahasa Indonesia, prefiks me- bisa berkombinasi dengan dengan sufiks –kan dan –i seperti pada kata membetulkan dan menangisi. Akan tetapi tidak bisa berkombinasi dengan ter-. Tidak bisa dibentuk kata mentertawa, yang ada adalah mentertawakan atau tertawa. Mengapa demikian ? Karena bahasa itu beraturan dan berpola.
2. Bahasa itu manasuka (Arbitrer)
Manasuka atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya. Mengapa makanan khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol bukan dedel atau dudul ? Mengapa binatang panjang kecil berlendir itu kita sebut cacing ? Mengapa tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi mengapa dalam bahasa Sunda disebut jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis dengan pertanyaan tersebut.
Bukti-bukti di atas menjadi bukti bahwa bahasa memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya. Pemilihan bunyi dan kata dalam hal ini benar-benar sangat bergantung pada konvensi atau kesepakatan pemakai bahasanya. Orang Sunda menamai suatu jenis buah dengan sebutan cau, itu terserah komunitas orang Sunda, biarlah orang Jawa menamakannya gedang, atau orang Betawi menyebutnya pisang.
Ada memang kata-kata tertentu yang bisa dihubungkan secara logis dengan benda yang dirujuknya seperti kata berkokok untuk bunyi ayam, menggelegar untuk menamai bunyi halilintar, atau mencicit untuk bunyi tikus. Akan tetapi, fenomena seperti itu hanya sebagtian kecil dari keselurahan kosakata dalam suatu bahasa.
3. Bahasa itu vocal
Vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Sistem penulisan hanyalah alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh lagi, tulisan berfungsi sebagai pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk tulisan.
Realitas yang menunjukkan bahwa bahwa bahasa itu vokal mengakibatkan telaah tentang bahasa (linguistik) memiliki cabang kajian telaah bunyi yang disebut dengan istilah fonetik dan fonologi.
4. Bahasa itu simbol
Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah hujan. Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-titik air yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta berupa gambar di atas kertas. Gambar adalah bentuk lain dari simbol. Potensi yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu menjadikannya alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika manusia tidak memiliki bahasa, betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.
5. Bahasa itu mengacu pada dirinya
Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. Binatang mempunyai bunyi-bunyi sendiri ketika bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang meraka gunakan tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka sendiri. Berbeda dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Linguistik menggunakan bahasa untuk menelaah bahasa secara ilmiah.
6. Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Para hali biologi telah membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi, sistem komunikasi binatang berbeda dengan sistem komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran menamai manusia sebagai homo loquens atau binatang yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena sistem bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola makan manusia pun disebut homo grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.
7. Bahasa itu komunikasi
Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa sebagai alat komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya, dari komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa.
Komunikasi mencakup makna mengungkapkan dan menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis, atau membaca. Komunikasi itu bisa beralangsung dua arah, bisa pula searah. Komunikasi tidak hanya berlangsung antar manusia yang hidup pada satu jaman, komunikasi itu bisa dilakukan antar manusia yang hidup pada jaman yang berbeda, tentu saja meskipun hanya satu arah. Nabi Muhammad SAW telah meninggal pada masa silam, tetapi ajaran-ajarannya telah berhasil
dikomunikasikan kepada umat manusia pada masa sekarang. Melalui buku, para pemikir sekarang bisa mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang akan lahir di masa datang. Itulah bukti bahwa bahasa menjadi jembatan komunikasi antar manusia.
RANGKUMAN
Pengertian bahasa sangat bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa. Dalam pengertian umum bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat arbitrer dan alat komunikasi.
Para ahli linguistik maupun komunikasi mengartikan bahasa sebagai suatu sistem tanda atau lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Meskipun definisi tentang bahasa redaksinya dan penekanannya berbeda, tetapi ada ciri-ciri umum yang bisa menggambarkan hakikat bahasa.
Ciri-ciri yang menjadi hakikat bahasa itu adalah bahwa bahasa itu sistematik, beraturan atau berpola; bahasa itu manasuka (Arbitrer), manasuka atau acak ; bahasa itu vokal atau bahasa itu merupakan sistem bunyi; bahasa itu symbol; bahasa itu mengacu pada dirinya; bahasa itu manusiawi; dan bahasa itu komunikasi
B. Fungsi-Fungsi Bahasa
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab seperti dikemukakan Fishman (1972) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who spreak what language to whom, whem and towhat end”. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa itu, antara lain dapat dilihat dari sudut penutur, pndengar, topik, kode dan amanat pembicaraan.
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (Haliday 1973, Finnocchiaro 1974; Jakobson 1960 menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah, atau gembira.
Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif (Finnocchiaro 1974) yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dimaui si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.
Bila dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa di sini berfungsi fatik (Jakobson 1960), yaitu fungsi manjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas social. Ungkapan yang digunakan biasanya berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, berpisah, membicarakan cuaca. Ungkapan-ungkapan fatik ini juga biasanya disertai dengan unsur paralinguistic, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak-gerik tangan.
Dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial (Finnocchiaro 1974) ada juga yang menyebutnya fungsi denotatif atau fungsi informatif. Di sini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat sipenutur tentang dunia disekelilingnya.
Kalau dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik (Jakobson 1960) yakni bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran bahasa dimana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa.
Dari segi amanat yang akan disampaikan, maka bahasa itu berfungsi imaginatif (Halliday 1973). Sesungguhnya, bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan;baik yang sebenarnya, maupun yang berbentuk khayalan, rekaan saja. Fungsi imaginatif ini biasanya berupa karya seni yang digunakan untuk kesenangan penutur, maupun para pendengarnya.
C. Hakikat Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
- pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain
- pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
- saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
- penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
- umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Suatu proses komunikasi memang sering kali tidak dapat berjalan dengan mulus karena adanya gangguan atau hambatan. Tiadanya kesadaran dari salah satu pihak partisipan merupakan suatu hambatan. Gangguan dan hambatan lain, misalnya, daya pendengaran salah satu partisipan yang kurang baik, suara bising di tempat komunikasi berlangsung, atau juga kemampuan penggunaan bahasa yang kurang.
C. Komunikasi Bahasa
Setiap psoses komunikasi bahasa dimulai dengan si pengirim merumuskan terlebih dahulu yang ingin diujarkan dalam suatu kerangka gagasan. Proses ini dikenal istilah semantic encoding. Gagasan itu lalu disusun dalam bentuk kalimat atau kalimat-kalimat yang gramatikal;proses memindahkan gagasan dalam bentuk kalimat yang gramatikal ini disebut grammatical encoding. Setelah tersusun dalam kalimat yang gramatikal, lalu kalimat (yang berisi gagasan tadi) diucapkan. Proses ini disebut phonological encoding. Kemudian oleh si pendengar atau penerima, ujaran tadi di terjemahkan (decoding).
Ada dua macam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai sipengirm, dan si penerima tetap sebagai penerima. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima bisa menjadi pengirim.
Sebagai alat komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek, yaitu aspek linguistik dan aspek paralinguistic. Kedua aspek ini berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi. Dewasa ini, dengan bantuan alat-alat modern sistem komunikasi bahasa telah dapat menembus jarak dan waktu.
D. Keistimewaan Bahasa Manusia
Dalam makalah yang disajikan C. F. Hockett dalam konfrensi tentang kesemestaan Bahasa di Dobbs Ferry, AS, tahun 1961, Hocket mendaftarkan 16 ciri khusus yang membedakan bahasa dari sistem komunikasi dari mahluk sosialyang lain, yaitu: (1) Jalur vokal-auditif; (2) Penyiaran ke semua jurusan, tetapi penerimaan yang terarah; (3) Cepat hilang; (4) Dapat saling berganti; (5) Umpan balik yang lengkap; (6) spesialisasi; (7) Kebermaknaan; (8) Kewenangan; (9) Keterpisahan; (10) Keterlepasan (11) Keterbukaan; (12) Pembelajaran; (13) Dualitas Struktur; (14) Benar atau tidak; (15) Refleksivitas; dan (16) Dapat dipelajari.
BAB III
PENUTUP
Semua orang mepunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa atau berbahasa ini adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian terpenting yang dibutuhkan oleh manusia, sehingga berbahasa itu sifatnya alamiah atau sesuatu yang normal.
Dengan bahasa, membuat kita manjadi mahluk yang bermasyarakat serta menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, menyampaikan pesan kepada orang lain dan yang utama dalam proses komunikasi.
Dalam Konfrensi tentang Kesemestaan Bahasa di Dobbs Ferry, AS, tahun !961, J.H Greenberg (1963) mendaftarkan 16 ciri khusus bahasa manusia, yaitu: (1) Jalur vokal-auditif; (2) Penyiaran ke semua jurusan, tetapi penerimaan yang terarah; (3) Cepat hilang; (4) Dapat saling berganti; (5) Umpan balik yang lengkap; (6) spesialisasi; (7) Kebermaknaan; (8) Kewenangan; (9) Keterpisahan; (10) Keterlepasan (11) Keterbukaan; (12) Pembelajaran; (13) Dualitas Struktur; (14) Benar atau tidak; (15) Refleksivitas; dan (16) Dapat dipelajari.
Adapun pembahasan inti dalam makalah ini, terdiri atas : 1) hakikat bahasa, 2) Fungsi-fungsi bahasa, 3) hakikat komunikasi, 4) komunikasi bahasa, dan 5) keistimewaan bahasa manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Subjakto, Sri Utami, Dr.1998. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
(B. J. Gunawan)
Post a Comment