MANUSIA DILAHIRKAN DALAM KEADAAN FITRAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usroh yang berasal dari kata al-asruyang, secara etimologis mempunyai arti ikatan Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukanikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Sedangkan, pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit social terkecil dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
a. Anak di lahirkan dalam keadaan fitrah
b. Cara pembinaan anak dalam keluarga
C. Tujuan
Makalah dengan materi pendidikan dalam keluarga ini, bertujuan untuk melengkapi tugas yang di berikan oleh dosen dan untuk presentasi makalah, serta diskusi agar bertambahnya wawasan dan ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Dilahirkan Dalam Keadaan Fytrah
Hadits Pertama أخرج البخاري ومسلم وابن المنذر وابن أبي حاتم وابن مردويه عن أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: اِقْرَأُوا اِن ْشِئْتُمْ : {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ}
Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?. Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. (Hadits tersebut ditakhrij oleh Bukhori, Muslim, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Mardawaeh). Hadits Kedua
أخرج مالك وأبو داود وابن مردويه عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ، كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ؟» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ؟ قَالَ: «اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ»
Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga yang terputus?. Mereka bertanya, Ya Rasulallah, bagaimana pendapatmu tentang orang yang wafat ketika kecil? Rasul menjawab, “Allah lebih mengetahui terhadap apa yang mereka amalkan”.(Hadits ditakhrij oleh Malik, Abu Daud, dan Ibnu Mardawaeh)
Ayat al- Qur`an yang berkena dengan hadits-hadits diatas:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ. (الروم : 30)
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Ar-Rum [30] : 30)
B. Sejak Lahir Manusia Diberi Bekal Untuk Berkembang
. أخرج أحمد وابن ماجه وابن حبان والطبراني وابن مردويه عَنْ حَبَّةَ وَسَوَاءٍ اِبْنَيْ خَالِدٍ أَنَّهُمَا أَتَيَا النَبِيَّ صلى الله عليه وسلم : وَهُوَ يُعَالِجُ بِنَاءَ ، فَقَالَ لَهُمَا : هَلُمَّ ، فَعَالِجَا مَعَهُ ، فَعَالِجَا فَلَمَّا فَرَغَ ، أَمَرَ لَهُمَا بِشَيْءٍ وَقَالَ لَهُمَا : « لَا تَيْأَسَا مِنَ الرِّزْقِ مَا تَهَزْهَزَتْ رُءُوسُكُمَا. فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا أَحْمَرَ لَيْسَ عَلَيْهِ قِشْرَةٌ ثُمَّ يَرْزُقُهُ اللهُ » . أخرج أحمد وابن ماجه وابن حبان والطبراني وابن مردويه
Dari Habbah dan Sawa yaitu dua anak Kholid wahwa keduanya menemui Nabi dalam keadaan memperbaiki bangunan. Lalu Nabi berkata kepada keduanya, kemarilah, maka keduanyapun memperbaiki bangunan bersama Nabi. Ketika selesai, Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya dan bersabda, janganlah kalian berputus asa dari rizqi yang bergejolak di kepala kalian. Karena tidaklah seorang anak dari umat ini dilahirkan kecuali dalam keadaan merah, tidak ada nasib buruk baginya, kemudian Allah memberikan rizki kepadanya. (Hadits ini ditakhrij oleh Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Thobroni, dan Ibnu Mardawaeh).
Ayat Al-Qur`an yang berkenaan dengan hadits diatas:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. (النحل: 78)
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (QS. An-Nahl [16]: 78). Hadits dari Habbah dan Sawwa menjelaskan bahwa setiap anak yang dilahirkan telah dibekali rizqi. Makna rizqi dalam hadits tersebut dijelaskan oleh Al-Quran Surat An-Nahl ayat 78 berupa pendengaran, penglihatan dan hati.
Imam Al-Gazali menyebutkan anak itu amanat (Ulwan: 162 ):
وَ الصَبِيُّ أَمَانَةٌ عِنْدَ وَالِدَيْهِ وَ قَلْبُهُ الطاَهِرُ جَوْهَرَةٌ نَفِيْسَةٌ فَإِنْ عُوِّدَ الخَيْرُ وَ عُلِّمَهُ نَشَأَ عَلَيْهِ وَ سَعِدَ فيِ الدُنْيَا وَ الآخِرَةِ وَ إِنْ عُوِّدَ الشَرُّ وَ أُهْمِلَ إِهْمَالُ البَهَائِمِ شَقَى وَ هَلَكَ, وَ صِيَانَتُهَا بِأنْ يُأَدِّبَهُ وَ يُهَدِّبَهُ وَ يُعَلِّمَهُ مَحَاسِنَ الأَخْلاقِ
Anak itu amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya fitrah, permata yang indah jika ia dibekali dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan. Dan bahagia di dunia dan di akhirat. Jika ia dibekali kejelekan dan diabaikian sebagaimana binatang ternak maka ia akan celaka dan binasa. Memeliharanya dengan cara mendidiknya dan mengajarkan dengan akhlak yang baik
C. Pendidikan Keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Pembinaan Akidah dan Akhlak Anak-anak kita adalah tanggung jawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi:
يا أيهاالذين أمنوا قوا انفسكم وأهليكم نارا.
Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasar pendidikan anak dalam bukunya, yaitu :
a. senantiasa membacakan kalimat Tauhid pada anaknya.
b. menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.
c. mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilaipengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat.
2. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang berbunyi:
يرفعالله الذين آمنوا منكم والذين أوتواالعلمدرجات
Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantara kalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:
طلبالعلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagimuslim dan muslimat.
3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya.
D. Peran Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak
Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak adalah sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.
Berdasarkan Hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apa pun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.
Secara umum, dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua muslim dalam mendidik anak:
a. Orang tua perlu memahami tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
b. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
c. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
d. Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari.
e. Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Pendidikan anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah kongkrit dalam hal penanaman nilai-nilai Islam pada diri anak. Sehubungan dengan hal ini, Abdurrah-man An-Nahlawi mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak, yaitu:
a. Dengan Hiwar (dialog). Dengan hiwar, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orang tua dengan anak, lebih mudah dipahami dan berkesan.
b. Dengan Kisah. Kisah memiliki fungsi yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Suatu kisah bisa menyentuh jiwa dan akan memotivasi anak untuk merubah sikapnya.
c. Dengan Perumpamaan. Al-Qur`an dan al-hadits banyak sekali mengemukakan perumpamaan.
d. Dengan Keteladanan, orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya.
e. Dengan Latihan dan Pengamalan Anak shalih bukan hanya anak yang berdoa untuk orang tuanya.
f. Dengan ‘Ibrah dan Mauizhah (nasehat)
g. Dengan Targhib dan Tarhib. Targhib adalah janji-janji menyenangkan bila seseorang melakukan kebaikan, sedang tarhib adalah ancaman mengerikan bagi orang yang melakukan keburukan.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam kendala atau tantangan: yakni tantangan yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri, misalnya ketidak cakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Tantangan eksternal mungkin bersumber dari lingkungan rumah tangga, misalnya interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya. Media massa sangat pula berpengaruh dalam perkembangan tingkah laku atau kepribadian anak. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, mulai dari usia dini sampai ia dewasa. Dalam hal ini pembinaan yang harus diberikan orang tua kepada anak nya adalah pembinaan akidah dan akhlak, pembinaan kepribadian dan social, serta pembinaan intelektual. Adapun kiat yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anak nya, seperti : hiwar (dialog), dengan kisah, nasihat, perumpamaan dan tauladan dari orang tua. Adapun tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak adalah tantangan internal, seperti : ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anaknya. Adapun tantangan eksternal yang di hadapi adalah pengaruh lingkungan seperti : pergaulan dengan teman sebayanya dan pengaruh dari media massa, baik elektronik maupun media cetak.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Post a Comment