MAKALAH KULTUR ORGANISASI
MAKALAH
Tentang
KULTUR ORGANISASI
Disusun Oleh :
Erik
Yonanda
Sri
Rahayu
Dosen Pembimbing :
Dr. H. Darul Ilmi M.Pd
YAYASAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SOLOK NAN INDAH
(YP3SNI)
2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini,Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Antara
pendidikan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya
dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan selalu berkaitan dengan
manusia, sedang manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan mendukung
kebudayaan tertentu.
Konsep
pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang
berkati kemampuan untuk mencifakan nilai kebudayaan dan fungsi kebudayaan dan
pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai.nilai
Dengan
adanya budayaan didunia pendidikan, maka timbullah berbagai organisasi,yang
termasuk dalam judul makalah yaitu:” kultur (budaya) organisasi”, dalam hal ini
dalam kultur organisani banyak menimbulkan hal-hal yang masuk dalam dunia
pendidikan berbagai interaksi-interaksi dari luar, yang menjadi kultur baru
dalam pendidikan.
Dalam
hal ini budaya meruapakan bagian hidup manusia yang apaling dekat dangan
kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatam manusia hampir tidaka akan pernah lepas
dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan tersebuat
dilakukan hubungan antar individu, antar masyarakat, individu dengan
masyarakat, dan masyarakat dengan individu,dalam hal ini lah msing
berinteraksi, timbulalah pemikiran yang berbeda,makanya mepunya kebudayaan
(kultur) yang berbeda-beda, terjalinlah suatu organisasi dalam suatu sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
KULTUR
Kata culture
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa lain adalah
Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah “culture” yang berasal dari
bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan. Kultur juga bisa
disebut faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku
seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan
manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga
nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada
daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berbeda di lingkungan yang
lain pula.
Kebudayaan
(kultur) menurut Taylor adalah totalitas yang komplek yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
Dalam hal
tersebut kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat
berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat
yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup
yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.(Prof. Dr. Made
Pidarta, 2000 :157)
Kebudayaan (kultur) dapat dikelompokan menjadi tiga
macam yaitu sebagai berikut:
1.
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan
indonesia
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan,
jawa, bali, sunda, nusa tenggara timur, dan sebagainya.
3. Kebudayaan populer, suatu kebudayaan
yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan
terdahulu, yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer, model
film, dan model-model pakaian, dan sebagain
Dalam
kebudayaan yang disebutkan termasuk kepada organisasi dalam pendidikan atau
suatu sekolah, asal proposinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas
kebudayaan umum harus diajarkan pada semuah sekolah, sementara itu kebudayaan
daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda-beda ditiap
daerah, sedangkan kebudayaan populer dapat juga diajarkan proposi yang kecil
sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anak-anak.(Prof. Dr. Made
Pidarta, 2000 :157)
Dalam tiap
kelompok, keluarga, sekolah masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat
yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyarakat. Pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan.
Kebudayaan
meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia, sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan
individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial. Bagi
individu yang baru lahir kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnyahidup
efektif didunia ini. Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari
mulanyaakan tetapi dapat belajardari orang-orang yang disekitarnya. Tiap
generasi menyampaikan kebudayaan yang dipelajari dari generasi tua kepada
generasi baru beserta hal-hal barudan perubahan yang terjadi. Maka karena itu
kebudayaan dapat dipandang sebagai kelakuan yang terdapat pada kebanyakan atau
semua dan dipelajari dari sesama anggota masyarakat.(S. Nasution, 1983: 63)
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEBENTUK KULTUR
Ada beberapa
cara yang dapat dipakai mengklasifikasikan corak atau isi atau bentuk
kebudayaan (kultur). Walaupun begitu berbagai macam klasifikasi yang dibuat
oleh para ahli ilmu sosial itu bukan berbeda-beda dalam isinya, melainkan
berbeda dalam spesifikasinya. Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa
isi dari kebudayaan itu dapat dibagi menjadi dua buah unsur komponen yang
nyata, yaitu:
1.
Kebudayaan
materiil
Bagian
materiil dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah
diciftakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat
dan diraba. Komponen-komponen semacam itumungkin meliputi tempayan-tempayan
tanahliat yang dibuang suatu sukubangsa primitif maupun kapsul-kapsul
ruangangkasayang dibuat serta diluncurkan oleh para ahli yang terpandai dari
suatu bangsa yang suda maju. Kedua benda itu ditandai dengan adanya suatu
bentuk fisik dan hal inilah yang menggolongkan kedua jenis benda tersebut
kedalam ruang lingkup kebudayaan materiil. Dengan kata lain, eksisitensi yang
konkrit dari suatu produk buatan manusia, tanpa memandang apapun juga ukuran,
kerumutan pembuatan, tujuan, ataupun bentuknya, memberikan ciri kepada
kebudayaan materi itu. Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung, dan pesawat
televisi, semuahnya itu adalah contoh dari kebudayaan materi tersebut.(Sanapiah
Faisal Nur Yasik, 1990: 377-378).
2. Kebudayaan Non-material
Aspek
non-material dari kebudayaan itu merangkung semuah buah karya manusia yang ia
gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya,
dan itu tidak hanya ditemukan didalam pikirannya orang-orang. Dikenal dua buah
kategori dari kebudayaan non-materi itu. Katagori pertama meliputi apa yang
secara luasdapat didefinisikan sebagai norma-norma individu, sedangkan katagori
kedua meliputi kelompok-kelompok norma-norma yang membentuk pranata sosial.
a) Norma-norma
Norma-norma
itu dapat didefinisikan sebagai standard-standard tingkah laku yang terdapat
didalam semuah masyarakat, seperti misalnya bagaimana caranya berpakaian pada
peristiwa-peristiwa tertentuatau bagaimana menegur atau menyapa orang-orang
dari kelas-kelas yang berlainan. Sebagai suatu kebudayaan non-materi,
norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi yang teridealisir dari
tingkah laku. Memang benar bahwa tingkah laku erat hubungannya dengan apa yang
menurut pendapat seorang itu benar atau baik; walaupun begitu tingkah laku yang
sebenarnya dipandang sebagai suatu aspek dari organisasi sosial.
Didalam
pengertian kebudayaan,muncul suatu ide-ide yang merangkum folklore (kisah-kisah
rakyat), dokrin-dokrin keagamaan, teori-teori dan prinsip ilmu pengetahuan,
filsafat pendidikan dan pemerintahan, aturan-aturan olah raga,
perasaan-perasaan absrak, sistem-sistem moralitas serta etika, maupun
penjelasan-penjelasan lain dari dunia dimana seorang itu hidup.
Sedikit
banyak norma-norma itu berlainan antara individu atau kelompok yang satu dengan
individu atau kelompok yang lain, karena adanya sebab-sebab seperti yang sudah
dikemukakan didalam uraian dimuka. Sistem-sitem nilai dan keyakinan yang
berkembang didalam masyarakat-masyarakat tertentu., ditinjau dari sudut
kebudayaan, memisahkan masyarakat-masyarakat itu dari masyarakat-masyarakat
yang lain dan dari itu berkembang corak nilai-nilai dan keyakinan yang berbeda-beda.
Ini adalah salah satu kenyataan yang memberikan penjelasan kepada ahli
sosiologi timbulnya tingkah laku yang berbeda.
b) Institusi-institusi
Institusi-institusi
sosial pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulandari norma-norma, yang telah
diciftakan untuk dapat melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat.
Institusi-institusi itu berbeda-beda dari norma-norma diatas , didalam
pengertian bahwa institusi-institusi terdapat meliputi kumpulan-kumpulan norma
dan bukannya norma-norma yang berdiri sendiri-sendiri.
Norma-norma
dan institusi-institusi dapat dikaitkan dengan cara demikian. Keyakinan
terhadap keesaan Tuhan adalah ide-ide yang dapat diklasifikasikan sebagai
norma-norma tunggal. Institusi keluarga dan agama terbentuk dari suatu paduan
norma-norma yang mencakup norma kawin dengan hanya seorang istri didalam
institusi yang pertama dan norma penyembah hanya satu tuhan didalam institusi
kedua.( Sanapiah Faisal Nur Yasik, 1990: 380-382).
Didalam
suatu organisasi, Budaya bisa merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang
diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang kemudian diinternalisasikan
oleh anggotanya. Bisa berupa prilaku langsung apabila menghadapi permasalahan
maupun berupa karakter khas yang merupakan sebuah citra akademik yang bisa mendukung
rasa bangga terhadap profesi dirinya sebagai dosen, perasaan memiliki dan ikut
menerapkan seluruh kebijakan pimpinan dalam pola komunikasi dengan
lingkungannya internal dan eksternal belajar. Lingkungan pembelajaran itu
sendiri mendukung terhadap pencitraan diluar organisasi, sehingga dapat
terlihat sebuah budaya akan mempengaruhi terhadap maju mundurnya sebuah
organisasi. Seorang profesional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan
meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan
citra dirinya.
Sehingga
organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi
merupakan sebuah masukan (input) dan keluaran (output) serta bisa juga dilihat
sebagai living organisme yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga
terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets
sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (keluaran) memiliki
sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system
budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.
Dari
pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya
organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai
budaya akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis
mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.
Pembentukan
budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi
masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun
masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi ( Opcit
Ndraha, P.76).
C. SUMBER-SUMBER KULTUR
Dalam
dunia pendidikan, untuk mengetahui dan mengerti terhadap kultur (kebudayaan)
ialah memepelajari bagaimna permulaannya dan bagaimana pertumbuhannya dari
apa-apa yang ada didunia ini. Didalam tata alam ini orang berpendapat bahwa
asal mula alam adalah dari gumpala-gumpala alam yang bergerak terus-menerus,
dan karena perjalanna waktu, berpencar-pencar menjadi planit-planit. Selanjutnya
benda-benda organik (benda-benda mati) itu oleh adanya gas perobahan temperatur
dan tekanan-tekanan diatasnya, berobah menjadi benda-benda organis (benda
hidup), berupa tumbu-tumbuhan, binatang dan terahkir manusia.
Manusia
kemudian menuyusun kebudayaannya dari abad ke abad. Yang dinamakan benda-benda
super- organis, yaitu yang meliputi daerah penyelidikan sosiologi, antropologi,
ekonomi, politik, dan psikologi.( Abu Ahmadi, 1984 :53)
Manusia
selaku mahkluk yang tertinggi, mempunyai kemampuan 2 macam yaitu menerima
warisan dari tingkah laku orang tuanya dan kemampuan belajar. (innate and
learning).
Yang
innate misalnya: menyusu, makan, berjalan, memejamkan dan sebagainya. Sedang
yang termasuk learning misalnya menggunakan bahasa, berpakaian, menggunakan
kendaraandan sebagainya. Tingkah laku yang melalui proses learning inilah yang
dipindahkan manusia dari generasi-generasi berikutnya secara terus-menerus, dan
inilah kebudayaan manusia.
Kebudayaan
yang ad disekarang ini, hasil kumpulan beribu-ribu tahun yang lampau hingga
kini, kedua jenis kebudayaan, baik yang materiil maupun yang non-materiil
itu diatur dan dipelihara menurut kepuasan manusia, disesuaikan dengan
kebutuhannya, yang lama kelamaan semakin teratur, sihingga merupakan sosial
institution yang merupakan intinya kebudayaan. ( Abu Ahmadi, 1984 :54)
Dalam hal
ini sumber dari kebudayaan itu dari hasil pemikiran manusia yang merupakan
individu yang unik, namun banyak kelakuannyadipengaruhi oleh budaya yang
terdapat dalam berbagai bentuk variasi-variasi dalam kerangka budaya itu.
Tidak
seluruh kebudayaan dapat dituruti oleh setiap anggota masyarakat. Ada
diantaranya yang boleh dikatakan diikuti oleh semuah yang disebut “universal”,
seperti bahasa, moral perkawinan,. Selain itu ada pola kelakuan yang
memungkinkan pilihan, misalnya perkawinan catatan sipil, dengan atau tanpa
upacara adat, agama, atau pesta. Ini disebut alternatif . akhirnya ada pula
pola kelakuan yang khas, misalnya bagi dokter, guru, penerbang siswa, dan
sebagainya yang disebut speacility atau kelakuan khas.( S. Nasution, 2009: 64)
D. PENGARUH KULTUR TERHADAP MANAJEMENT
LPI
Tidak
hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh dalam dunia pendidikan, terutama
terhadap manajement lembaga pendidikan islam, akibat kebudayaan, sekarang
terdapa pergeseran paradigma pendidikan yaitu: dari sekolah kemasyarakat luas
dengan pengalaman yang luas pula. Pada saat ini terjadi perubahan yang terbaru
dalam sejarah sosial manusia. Dunia hari ini sedang bergerak sangat cepat
melalui titik balik sejarah yang amat menentukan. Kita sekrang hidup ditengah
repolusi yang mengubah carakita hidup, berkominikasi berpikir, dan mencapai
kesejahteraan. Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap dunia
pendidikan.
Memasuki
abad ke 21dan menyongsong milenium ketiga, akan terjadi banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat sebagai akibat langsung dari era globalisasi. Proses
tranformasi secara fundamental terjadi dalam semuah dimensi kehidupan, baik
ekonomi maupun politik, sosial, dan budaya. .( Uus Ruswandi, A. Heris
Hermawan, Nurhamzah, 200 : 78)
Secara
sosiologi, pendidikan berarti pewaris budaya (transmission of culture) dari
generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat berkelanjutan. Atau
dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan
dari satu generasi kegenerasi lain. Agar identitas masyarakat itu tetap
terpelihara. Nilai-nilai itu bermacam-macam. Ada yang bersifat intelektual,seni,
politik, ekonomi dan lain-lain. Dalam berbagaihal nilai-nilai budaya ini
berpadu pada pada suatu karya seperti pada binaan rumah. Dalam rumah nampak
jelas warisan intelektual, seni, politik, ekonomi, agama, dan lain-lain dari
bangsa dan masyarakat yang menciftakannya.(Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan,
Nurhamzah, 2008: 76)
Anatar
pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Sutan Takdir
Alisyahbana (1992) mengungkapkan bahwa konfigurasi budaya indonesia asli
dibngun oleh tiga jenis nilai yang dominan yaitu nilai religius, nilai
solidaritas dan nilai etnis. Ketiga nilai tersebut memberikan nilai repleksi
akan kuatnya kehidupan religi, gotong-royong dan unjuk rasa melandasi
kretifitas dalam berbudaya.
Pendidikan
selalu berkaitan dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. (Tirtaraharda, 200: 100).
Cara-cara untuk mewariskan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari
masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat
diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi
dalam keluarga, nonformal dalam masyarakat, sedangkan secara formal terjadi
disekolah. Usaha-usaha menuju pola tingkah lak, norma-norma, dan nilai baru ini
disebuut transformasi kebudayaan.
Dalam
lembaga penndidikan islam sebagai budaya haruslah dapat membuat
anak-anakmengembangkan kata hati dan perasaan taat terhadap ajaran-ajaran agama
yang dipeluknya. Bukan hanya pemahaman dan perasaan yang harus dikembangkan
melainkan juga tindakan atau prilaku sehari-hari yang cocok dengan ajaran agama
perlu dibina sehingga anak-anak melakukanya inilah operasional keimanan dan
ketakwaan terhadap agama dalam lembaga pendidikan islam. .(Uus Ruswandi, A.
Heris Hermawan, Nurhamzah, 2008: 86)
Kebudayaan
dan Pendidikan Masyarakat sebagai satu kesatuan individu adalah pembentuk,
pelestari sekaligus aset budaya. Sikap, Perilaku, merupakan pemahaman atas
keberadaan masing-masing individu pada suatu masyarakat Kebiasan suatu kelompok
besar atau msayarakat dan sub kultur kelompok kecil yang lebih memungkinkan
dapat saling berkomunikasi satu sama lainnya untuk memfungsikan dirinya sebagai
penyedia tranmisi budaya dan memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk
bertindak secara maksimal. Anak-anak diharuskan berakulturasi (bergaul),
belajar konsep, nilai-nilai dan perilaku secara bersama sebagai sebuah budaya
(kebiasaan) dan sebagai cara pensosialisasiannya anak-anak ditempatkan sebagai
fungsi utama kemudian para remajan dan selanjutnya orang dewasa agar semuanya
ikut berpartisipasi secara efektif dalan kelompok dan masyarakat secara luas.
Didalam
lembaga pendidikan islam sistem budaya sangat berpengaruh,karna adanya
interaksi sosial antara individu dengan individu,individu anta kelompok,
pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang
berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Enkulturasi ini terjadi
dimana-mana, disetiap tempat hidup seseorang dari setiap waktu. Dengan
adanya kebudayaan (kultur) dilembaga pendidikan islam, banyak sekali sisitem
organisasi yang beraneka ragam,karna adanya kebudayaan yang timbul dari dasar
keunikan pemikiran manusia itu sendiri.
Suatu
budaya (kultur) sesungguhnya merupakan bahan masukan atau pertimbangan dalam
anak dalam mengembangkan dirinya. Ada kalanya budaya (kultur) akan dipakai
terus-menerus, ada kalanya diperbaikidan ada kalanya dibuang dan giganti dengan
kebudayaan yang baru. Hal ini bergantung kepada pembinaan pendidik, pengaruh
lingkungan, dan hasil penilaian anak itu sendiri. Untuk budaya (kultur) yang
mengandung nilai-nilai luhur bangsa perlu dipertahankan dan diinternalisasikan
oleh anak-anak. Hal ini membutuhkan metode tambahan agar anak-anak mengkhayati
indahnya nilai-nilai itu sehingga ingin melaksanakan dalam hidupnya.
Didalam
lembaga pendidikan islam,kebudayaan (kultur) itu disatu pihak dipengaruhi oleh
anggota masyarakat, tetapi dilain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh
kebudayaan. Didalam organisasi pendidikan islam budaya sangat berpengaruh pada
lingkungan pendidikan yanga ad dalam lembaga pendidikan islam,karena satu
generasi menurun kegenenrasi yang lain,jdi timbullah corak organisasi yang berbeda-beda
pada lingkungan masyarakat,karana adanya pemikiran manusia yang berbeda-beda
dalam kebudayaannya masing-masing.
Dengan
hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan dan pola kehidupan inilah
yang menyebabkan hidup bersama, dan dengan pola kehidupan ini pula dapat
mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh kehidupan umat islam dijawa
tengah, jawa barat, dan sumatra berlain-lainan bentukny, sebab pola kehidupan
merekajuga lain, karena adanya pengaruh kultur didaerah itu sendiri, maka dari
situlah pengeruh kultur terhadap lembaga pendidikan islam.( Abu Ahmadi, 1984:
hal 52)
Didalam
dunia pendidikan kebudayaan itu akan berubah terus berjalan dengan perkembangan
zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta kepandaian manusia.
Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, pendidikan dan kebudayaan mempunyai
pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa
berubahdan bila pendidikan berubah akan dapa mengubah kebudayaan. Disini tampak
bahwa dalam lembaga pendidikan islam peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan adalah sangat besar, sebab pendidikan adalah tempat manusia-manusia
dibina, ditumbuhkan , dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi
manusia berkembang semakin mampu ia menciftakan atau mengembangkan kebudayaan,
sebab kebudayaan dikembangkan oleh kebudayaan. ( Made Pidarta, 2000:161)
DAFTAR
PUSTAKA
Post a Comment