Inovasi Dalam Organisasi Pendidikan
Ndak ingek ang ? ang karajoan den di asriyah ??? kini ang lamak den taniayo dek ang !!! Mudah Mudahan Kebahagiaan Ang Kekal den do'a an Ang ... Amin ...
Inovasi Dalam Organisasi Pendidikan
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini,Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perubahan
merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Setiap orang atau organisasi
pasti akan mengalami dan terpengaruh oleh perubahan. Dinamika perubahan
lingkungan yang begitu cepat yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi
menuntut sumber daya manusia yang smart people dan selalu belajar.
Masalah baru
yang muncul tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan struktur dan pola pikir
yang sama atau pengetahuan yang telah dikerjakan oleh organisasi di masa
lampau. Sebagaimana diungkapkan Albert Einstein bahwa problem can be solved
from the same consciousness that created it; we must learn to see the
world anew.
Organisasi yang
tidak mau berubah atau beradaptasi dapat diibaratkan seperti dinosaurus yang
akhirnya mengalami kepunahan. Untuk dapat beradaptasi maka organisasi harus
melakukan learning
Agar dapat
memperoleh gambaran yang jelas bagaimana pelaksanaan inovasi pendidikan dan
kaitannya dengan inovasi dalam organisasi, maka pada makalah ini,
berturut-turut dijelaskan tentang pengertian inovasi dalam organisasi dan
kepekaan organisasi terhadap inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi dalam Organisasi
Sebelum kita membahas pengertian
inovasi dalam organisasi, sebelumnya kita akan menjelaskan pengertian
organisasi itu sendiri. Organisasi menurut pendapat Rogers adalah suatu sistem
yang stabil, yang merupakan perwujudan kerjasama antara individu-individu,
untuk mencapai tujuan bersama, dengan mengadakan jenjang dan pembagian tugas
tertentu. (Ibrahim, 1988 : 129). Orang membuat organisasi agar dapat
mengerjakan tugas rutin dalam keadaan stabil (mantap). Adapun syarat-syarat
organisasi adalah sebagai berikut :
a)
Memiliki tujuan yang dirumuskan dengan
jelas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, akan mempermudah untuk menentukan
struktur dan fungsi organisasi tersebut.
b)
Memiliki pembagian tugas yang jelas.
Suatu organisasi pasti terdiri dari beberapa posisi yang semuanya mempunyai
tanggungjawab dan tugas yang jelas. Meski memungkinkan adanya pergantian orang
dalam suatu organisasi, namun tugas dan fungsi masing-masing posisi itu tidak
berubah dan tetap pada tujuan organisasi.
c)
Memiliki kejelasan struktur otoritas
(kewenangan). Tidak semua posisi dalam organisasi memiliki kewenangan yang
sama. Dan dalam pengaturan kewenangannya diperjelas tentang pertanggungjawaban
setiap posisi.
d)
Memiliki aturan dasar/umum (tujuan,
syarat susunan pengurus dll) dan aturan khusus (perincian kegiatan, cara
pembentukan pengurus dll) atau biasa disebut dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
e)
Pola hubungan informal. Organisasi yang
sangat ketat, penuh dengan birokrasi kaku dan sangat formal akan menghilangkan
unsur manusiawi dalam kinerja antar anggotanya. Maka suatu organisasi haruslah
menggunakan pola informal dalam hubungan antar anggotanya untuk menghilangkan
ketegangan dan bisa lebih akrab namun tetap bertanggung jawab satu sama lain.
Organisasi merupakan sesuatu yang telah
melekat dalam kehidupan kita, karena kita adalah makhluk sosial. Kita hidup di
dunia tidaklah sendirian, melainkan sebagai manifestasi makhluk sosial, kita
hidup berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Organisasi yang
selama ini kita kenal merupakan sesuatu yang tidak berwujud atau abstrak yang
sulit dilihat tetapi bisa kita rasakan manfaatnya. Keberadaan organisasi dalam
kehidupan bermasyarakat dapat kita rasakan, walaupun organisasinya sendiri
tidak bisa kita lihat maupun kita raba. Untuk menjadi kongkret maka organisasi
tersebut memiliki nama jenis tertentu seperti Sekolah Tinggi Agama Islam Solok Nan Indah. Organisasi STAI SNI tidak bisa kita lihat atau raba, tetapi kita
bisa merasakan adanya bermacam-macam peraturan seperti keharusan memiliki Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di STAI SNI, adanya
peraturan akademik yang mengatur sistem pembelajaran, dan menunjukkan adanya
organisasi yang melingkupi dan mengatur kehidupan akademik civitas akademika.
Sedangkan pengertian inovasi itu
sendiri adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri (Udin Syaefudin, 2010 : 3). Dengan melihat
secara singkat apa pengertian organisasi dan pengertian inovasi, maka kita
dapat memperoleh gambaran bahwa di dalam sebuah organisasi juga memungkinkan
terjadinya sebuah inovasi. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa inovasi
dalam organisasi adalah sesuatu hal yang baru yang berupa apapun yang terjadi
di dalam sebuah organisasi baik formal maupun organisasi informal. Inovasi yang
terjadi dalam sebuah organisasi merupakan proses kemajuan organisasi tersebut,
namun berbagai hambatan dan rintangan akan terjadi saat inovasi itu mulai
memasuki organisasi. Dengan memahami proses inovasi dalam organisasi setidaknya
akan dapat mengurangi kegoncangan organisasi dalam melaksanakan difusi inovasi.
B. Kepekaan Organisasi Terhadap Inovasi
Kepekaan sebuah organisasi terhadap
munculnya inovasi dipengaruhi oleh beberapa variabel berikut ini (Ibrahim, 1988
: 131):
a) Ukuran suatu organisasi.
Makin besar ukuran suatu organisasi makin cepat menerima inovasi.
b) Karakteristik
struktur organisasi, yang mencakup:
1) Sentralisasi.
Kewenangan dan kekuasaan dalam organisasi dikendalikan oleh beberapa orang
tertentu. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi.
2) Kompleksitas.
Artinya suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian dan
pengetahuan yang tinggi. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan
organisasi.
3) Formalitas.
Artinya organisasi ini selalu menekankan pada prosedur dan aturan-aturan baku
dalam berogranisasi. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan
organisasi. Makin formal sebuah organisasi, makin sulit menerima inovasi.
4) Keakraban
hubungan antar anggota. Hal ini juga jelas mempunyai hubungan positif terhadap
kepekaan organisasi. Makin akrab hubungan antaranggota, maka makin cepat
organisasi itu menerima inovasi.
5) Kelenturan
organisasi. Artinya sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar yang
tidak ada kaitannya secara formal. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap
kepekaan organisasi. Makin lentur organisasi, makin cepat organisasi itu
menerima inovasi.
c) Karakteristik
perorangan (pemimpin). Sikap pimpinan terhadap inovasi memliki hubungan positif
dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Ketika seorang pemimpin memiliki
sikap yang terbuka terhadap inovasi maka semakin cepat organisasi itu menerima
inovasi.
d) Karakteristik
eksternal organisasi. Hal ini berkaitan dengan sistem yang di anut oleh
organisasi. Apabila organisasi tersebut menganut sistem terbuka dalam arti mau
menerima pengaruh dari luar sistem, maka organisasi tersebut akan cepat
menerima inovasi.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
organisasi dalam mengimplementasikan sebuah inovasi :
a. Life Cycle
Seperti halnya manusia, suatu organisasi juga mengalami
siklus hidup dengan berbagai tingkatan dan perkembangan (Sperry, Mickelson, dan
Hunsaker, 1977). Tingkat perkembangan organisasi pada saat inovasi diajukan
akan mempengaruhi nilai perubahan organisasi.
b. Culture
Semua organisasi memiliki budaya masing-masing.
Kebudayaan yang ada akan mempengaruhi bagaimana penerimaan terhadap inovasi.
Walaupun terkadang tidak selalu inovasi dan kebudayaan yang ada pada organisasi
cocok.
c.
Strategic Plan
Salah satu aspek yang mendukung implementasi inovasi
adalah adanya rencana strategis organisasi. Ketika inovasi selaras dengan
rencana strategi organisasi, maka pelaksana inovasi mempunyai tambahan argument
kuat untuk mendapatka dukungan manajemen dan meyakinkan kelompok user.
d. External
Condition
Akan selalu ada kondisi eksternal yang mempengaruhi
organisasi. Hal-hal semacam ini harus juga dipertimbangkan ketika
mengaplikasikan sebuah inovasi. Karena hal tersebut akan memberikan pengaruh
yang signifikan secara tidak langsung terhadap jalannya inovasi dan organisasi.
C. Proses Inovasi dalam Organisasi
Proses inovasi
adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi
sampai menerapkan (implementasi) inovasi.
Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan
waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan
berbeda antara orang satu atau organisasi satu
dengan yang lain tergantung kepada
kepekan orang atau organisasi
terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan
yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam
mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja
yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa saja
yang terjadi dalam inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses
inovasi. Untuk memperluas wawasan
tentang pentahapan proses inovasi, berikut akan kami tunjukan berbagi model
pentahapan dalam proses inovasi baik yang berorientasi pada individu maupun
yang berorientasi pada organisasi.
1. Tahap Permulaan (initation stage)
a)
Langkah
pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu
ide, kegiatan, atau material, yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima
inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi masalah pokok. Sebelum inovasi dapat
diterima oleh calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan
dengan demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam organisasi.
Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu membicarakan proses keputusan
inovasi, maka timbul masalah yang dulu tahu dan sadar ada inovasi atau merasa
butuh inovasi.
Jika kita lihat kaitanya dengan
organisasi maka adanya kesenjangan penampilan (performance gaps) mendorong
untuk mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya
karena sadar akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam
organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan, kemudian merubah hasil yang
diharapkan, maka terjadi kesenjangan penampilan.
b)
Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Dalam tahap ini
anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovsai. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa sikap terhadap inovasi
memegang peranan yang penting untuk menimbulkan inovasi untuk ingin berubah atau menerima inovasi.
Paling tidak
ada dua hal dari dimensi sikap yang dapat ditunjukan anggota organisasi
terhadap adanya inovasi yaitu :
1) Sikap terbuka
terhadap inovasi, yaitu ditandai dengan adanya
a) Kemauan anggota
organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.
b) Mempertanyakan
inovasi (skeptic)
c) Merasa bahwa
inovasi akan dapat meningkatkan kemampaun organisasi dalam menjalankan
fungsinya.
2) Memiliki
persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang
menunjukan:
a) Bahwa ada
kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan inovasi
b) Organisasi
telah pernah mengalami keberhasilan pada
masa lalu dengan menggunakan inovasi
c) Adanya komitmen
atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk
menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Dalam
mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi terhadap proses
inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan tingkah laku yang diharapkan
oleh organisasi formal. Akan terjadi disonansi apabila terjadi perbedaan antara
sikap individu dengan perubahan tingkah
laku.
Penerima
disonansi terjadi apabila anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi
mengharapkan menerima organisasi. Sedangkan penolak disonan apabila anggot
amenyukai tetapi organisasi menolak inovasi. Menurut Rogers disonansi dapat
berkurang dengan dua cara:
a) Anggota
organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.
b) Tidak
melanjutkan menerima inovasi, menyalah gunakan inovasi, disesuaikan dengan
kemauan anggota organisasi.
Untuk
melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang dapat
meningkatkan motivasi sert atersedianya sumber bahan pelaksana.
c)
Langkah
pengambilan keputusan
Pada langkah
ini segala informasi mengenai potensi
inovasi dievaluasi. Jika menganggap inovasi itu dapat diterima dan ia senang
menerimanya maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam organisasi.
Demikian pula sebalioknya, jika unit tidak menyukai dan menganggap inofasi
tidak bermanfaat maka ia akan menolak.
2. Tahap Implementasi (implementation stage)
Pada langkah
ini kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi ialah menerapka inovasi,
ada dua langkah yang dilakukan yaitu:
a) Langkah awal
(permulaan) implementasi
Organisasi mencoba menerapkan sebagian
inovasi. Misalnya setelah dekan memutuskan bahwa dosen harus membuat persiapan
mengajar denagn model Satuan Acara Perkuliahaan, maka pada awal penerapannya setiap
dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu, sebelum nantiny akan
berlaku untuk semua mata kuliah.
b) Langkah
kelanjuta pembinaan penerapan inovasi.
Jika pada penerapan awal telah
berhasil, para anggota telah memahami serta memperoleh pengalaman dalam
menerapkannya, maka tinggal melanjutkan dan manjaga kelangsunganya.
D. Model Proses Inovasi Rogers (1983)
Tahap-Tahap
Proses Inovasi Dalam Organisasi
a)
Tahap Inisiasi (Permulaan)
Kegiatan
pengumpulan infromasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi,
semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi.
1. Agenda Seting
Semua permasalahan umum organisasi
dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan
untuk menetukan nilai potensial inovasi bagi organisasi.
2.
Penyesuaian (matching)
Diadakan penyesuaian antara masalah
organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat
disain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b)
Tahap Implementasi
1. Re-definisi/
Re-Strukturusasi
Inovasi dimodifikasi dan re-invensi
disesuaikan situasi dan masalah organisasi. Struktur
organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat
menunjang inovasi.
2. Klarifikasi
Hubungan antara inovasi dan organisasi
dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat
diterapkan sesuai yang diharapkan.
3. Rutinisasi
Inovasi kemungkinan telah kehilangan
sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi.
(sudah hilang ke baruannya).
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. 1988. Inovasi
Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Post a Comment