Header Ads

test

METODE PEMBELAJARAN AL QUR AN Tentang Program Pintar Baca Alqur An


METODE PEMBELAJARAN AL QUR AN 
Tentang Program Pintar Baca Alqur An 



Disusun oleh : Erick Yonanda 
                         Dedi Adrianto 

Dosen Pembimbing         : TARUDDIN S.Pd.I, MA 


YAYASAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA BARAT (UISB) 
SOLOK NAN INDAH 
(YP3 UISB SNI) 
2010 / 2011 



KATA PENGANTAR 

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. 
Penyusun 


BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang
Banyaknya siswa yang buta huruf Al-Qur’an, tidak adanya metode cepat membaca Al-Qur’an,dan tidak adanya model manajemen pemberantasan buta-huruf Al-Qur’an, merupakan masalah sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Belakangan terdapat metode Bil-Hikmah, suatumetode cepat membaca Al-Qur’an bagi segala umur.Metode Bil-Hikmah mengambil keunggulan dua metode induknya. DariBaghdadiyah diambilkeunggulan “struktur huruf dan bacaan”, dan dari Shautiyah diambil keunggulan “bacaan langsungtanpa mengeja”. Dengan menggunakan prinsip pedagogis, psikologi belajar, dan manajemenmodel Kutab, hasilnya terbukti sangat efektif dan efisien. Dalam waktu yang relatif singkat parasiswa terbukti cepat pintar membaca Al-Qur’an. 

BAB II 
PEMBAHASAN 
II.I Awal Munculnya PPBQ 
Mengaji terutama belajar membaca Al-Qur’an di waktu Maghrib dan Shubuh merupakan kebiasaan anak-anak Muslim tempo dulu. Biasanya anak-anak mengaji itu sambil bermain-main. Jadi, kegiatan mengaji disamping sebagai aktivitas belajar juga merupakan suatu hiburan. Akhir Tahun 1970-an informasi melalui media televisi mulai memasuki kampung-kampung dan rumah-rumah di pedesaan. Waktu Maghrib, sebagai waktu yang biasanya paling banyak dihadiri anak-anak untuk mengaji, justru merupakan acara televisi yang paling menarik untuk ditonton. 
Perang antara mengaji dan menon-ton televisi saat itu dimenangkan oleh acara televisi. Seiring dengan berkurangnya jumlah guru ngaji dan tempat mengaji, anak-anak Muslim pun banyak yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Akhir tahun 1980-an dapat dikatakan era baru dalam mengaji. Dengan munculnya Metode Iqra yang diresmikan oleh Menteri Agama RI saat itu, Bapak Prof. Munawir Syadzali, guru-guru mengaji dididik secara besar-besaran melalui Penataran Metode Iqra. Dan tempat-tempat mengaji pun bermunculan dengan model baru – Taman Kanak-kanak Al-Qur’ an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) tentu dengan manajemen baru. Hasilnya luar biasa. Bila sebelumnya jumlah siswa SD-SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an hanya sekitar 10%, dengan munculnya metode Iqra ini jumlah siswa yang pintar membaca Al-Qur’an dapat didongkrak menjadi sekitar 30%, suatu peningkat-an yang luar biasa. Hingga awal tahun 2000-an, jumlah siswa SD-SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an masih berta-han, sekitar 30%. Dan mereka yang pintar membaca Al-Qur’an itu adalah mereka yang pernah memasuki TKA dan TPA. Artinya, para siswa yang tidak pernah memasuki TKA dan TPA hingga tamat SMU pun, bahkan hingga menjadi mahasiswapun, tidak pernah bisa membaca Al-Qur’an. Persoalannya, mau dibagaimanakan para siswa yang tidak pernah memasuki TKA dan TPA tersebut? Satu-dua orang Kepala Seko-lah yang merasa resah dengan kondisi demikian sangat berkeinginan mengentaskan buta huruf Al-Qur’an para siswanya. Tapi hasilnya selalu kurang memuaskan. Guru-guru Agama pun terutama Guru Agama SD dengan memanfaatkan rencana dan jadwal pengajaran berusaha mengajarkan membaca Al-Qur’an, tapi hasilnya-pun belum maksimal. Tampaknya dibutuhkan suatu metode membaca Al-Qur’an yang lebih instan dan model manajemen yang cocok untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an di sekolah. Metode Bil-Hikmah justru lahir dari keresahan kondisi kemampuan baca Al-Qur’an para siswa (dan mahasiswa). Dengan meng-ambil keunggulan dua metode induknya- Baghdadiyah dan Shautiyah juga dengan menggunakan prinsip pedagogis, psikologi belajar, dan manajemen model Kitab, Metode Bil-Hikmah terbukti merupakan metode membaca Al-Qur’an yang paling cepat untuk saat ini (Perhatikan Tabel 1 pada Bagian Utama) dan paling cocok digunakan di sekolah, mulai SD hingga Universitas. Artikel ini bertujuan mengenalkan Metode Bil-Hikmah dengan segala keunggulannya, Pelatihan Bil-Hikmah untuk menguasai metodologi dan manajemen Bil-Hikmah di Sekolah, serta keberhasilan Metode Bil-Hikmah dalam memberantas buta huruf Al-Qur’an di sekolah.Metode yang digunakan dalam memberantas buta huruf Al-Qur’an di sekolah melalui Metode Bil-Hikmah lebih merupakan “School Action Research” dan “Class Room Action Research”. Sebagai mitra Action Research adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru-guru Agama dan Pembina Keagamaan, dan kadang- kadang dibantu oleh Tim Instruktur Program Pintar Baca Al-Qur’an (PPBQ) Yayasan Baitul Hikmah Indonesia (YBHI). Dalam Action Research yang dilakukan, pihak PPBQ merupakan pihak pertama yang melakukan riset dan menya-dar kan pihak sekolah tentang kondisi riil para siswanya.Setelah menyadari, baru kemudian dilakukan action, sesuai dengan kondisi SDM sekolah. Artikel ini sangat bermanfaat bagi meningkatkan kualitas Iman dan Takwa di Sekolah, paling tidak dalam memberantas buta huruf Al-Qur’an para siswa. Pihak Sekolah dapat memanfaatkan temuan-temuan yang dimuat dalam artikel, bahkan memanfaatkannya secara langsung di sekolahnya.Diharapkan Kepala Sekolah, bersama Dewan Sekolah (kalau sudah ada) dapat melakukan eksperimentasi untuk memberantas beberapa kelas,sebelum memberlakukan bagi seluruh siswa.Bahkan dalam tahun ajaran baru dapat disusun Rencana Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Sekolah (RAPBS) dengan memasukkan Program Pintar Baca Al-Qur’an (PPBQ). 

II.II. Mengenal Metode Bil-Hikmah 
1. Sekilas Metode Bil-Hikmah Secara umum terdapat dua metode induk membaca Al-Qur’an, yaitu Baghdadiyah dan Shauthiyah. Ciri utama metode Baghdadiyah adalah mengenalkan nama-nama huruf hijaiyah dan mengeja. Metode ini telah berhasil mengantarkan kaum Muslimin pintar membaca Al-Qur’an. Hanya saja waktunya sangat lama.Metode Shautiyah mendobrak metode Baghdadiyah dengan cara mengajarkan langsung huruf-huruf hijaiyah yang bersyakal, tanpa mengejanya. Puluhan buku panduan metode Shautiyah bertebaran. Tapi, yang berhasil mengantarkan kaum Muslimin pintar membaca Al-Qur’an hanya satu-dua atau beberapa metode saja. Dan waktu belajarnya relatif lebih singkat. Metode Bil-Hikmah meng-ambil keunggulan metode Baghdadiyah dalam mengenalkan struktur huruf hijaiyah dan keunggulan metode Shautiyah dalam mengajarkan huruf yang bersyakal tanpa mengejanya. Hasilnya, terbukti sangat efektif dan efisien. 
 2. Keunggulan Metode Bil-Hikmah Keunggulan suatu metode me-ngajar “membaca Al-Qur’an” harus diukur dari dua kriteria utama, yakni efektif dan efisien. Dari segi efektivitas, metode mengajar itu harus mengantarkan para siswa pintar membaca Al- Qur’an; dan dari segi efisiensi, metode mengajar itu harus mengantarkan para siswa pintar membaca Al-Qur’an dalam waktu yang relatif singkat. Metode Bil-Hikmah bukan hanya efektif, yakni telah mengeluarkan banyak Alumni yang pintar membaca Al-Qur’an, tapi juga efisien, yakni waktu belajarnya relatif singkat. Hasil uji coba selama lebih dari lima tahun meng- hasilkan data sebagai berikut: Tabel 1: Tingkat Percepatan Membaca Al-Qur’an Metode Bil-Hikmah No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PERTEMUAN RATA-RATA 1 TK 60-68 x Pertemuan 64 x Pertemuan 2 SD (Kelas 1-3) 44-60 x Pertemuan 52 x Pertemuan 3 SD (Kelas 4-6) 32-44 x Pertemuan 38 x Pertemuan 4 SLTP 24-32 x Pertemuan 28 x Pertemuan 5 SMU/SMK 16-24 x Pertemuan 20 x Pertemuan 6 MAHASISWA 12-16 x Pertemuan 14 x Pertemuan Hasil penelitian berulang-ulang menemukan beberapa penyebabnya metode Bil-Hikmah cepat mengantarkan para siswa pintar membaca Al-Qur’an, di antaranya: a) dikenalkannya keseluruhan huruf Hijaiyah, sebagai kunci awal mengenal Al-Qur’an, 
b) digunakannya sistem “himpunan” bentuk dan bunyi huruf, 
c) ditemukannya urutan struktur bacaan dari yang mudah hingga yang sukar, dan 
d) dipangkasnya bebe-rapa latihan yang mubazir. 

Oleh karena itu, Buku Panduan Metode Bil-Hikmah hanya terdiri dari 3 jilid tipis “Metode Cepat Membaca Al-Qur’an”. Keunggulan lain dari Metode Bil-Hikmah adalah dipadukannya pengajaran “membaca” dengan “menulis”. Faktor ini pun terbukti turut mempercepat kepintaran siswa membaca Al-Qur’an. (Buku Panduan Menulis Metode Bil-Hikmah hanya satu jilid). 
3. Landasan dan Prinsip Metode Bil-Hikmah Metode Bil-Hikmah memiliki landasan historis, filosofis, dan ilmiah yang cukup kokoh. Metode ini tetap melestarikan struktur huruf sudah berabad-abad dibudayakan huruf Hijaiyah yang lewat Metode Baghdadiyah dalam proses pengajaran Al-Qur'an. Pengenalan struktur ini dipandang sangat penting, karena para murid sejak awal belajar sudah mengetahui berapa banyak Huruf Hijaiyah yang harus mereka kuasai. Berbeda dengan metode yang tidak mengenalkan struktur, para pelajar akan kebingungan, sampai kapankah mereka akan belajar mengenali satu persatu huruf Hijaiyyah itu. Bagi anak kecil mungkin saja tidak begitu bermasalah, tapi bagi pelajar tingkat dewasa tujuan belajar itu justru merupakan motivator. 
Dan syarat suatu tujuan haruslah jelas arah yang hendak dikejarnya. Di sinilah justru Bil-Hikmah mengambil segi keunggulan struktur huruf Hijaiyah dari metode Baghdadiyah.Penegasan Struktur Huruf-huruf Hijaiyah dalam metode Bil-Hik-mah bukan hanya karena aspek historis, tetapi juga mengandung filosofi yang cukuga mengandung filosofi yang cuk memperkenalkan struktur ini, diantaranya dalam surat-surat yang dimulai dengan huruf-huruf Hijaiyah, seperti Alif-Lam-Mim. Surat yang dimulai dengan Huruf-huruf Hijaiyah ini terdapat dalam 29 Surat. Ayat-ayat Huruf ini mengandung implikasi filosofis, bahwa pendidikan baca-tulis Al-Qur'an perlu mengenalkan Struktur Huruf Bahasa Al-Qur'an. Tentang struktur ini akan dibahas lebih lanjut dalam prinsip-prinsip metodologi Bil-Hikmah sekarang ini. Segi-segi ilmiah metode Bil-Hikmah cukup banyak, yang dalam kajian ini diistilahkan dengan prinsip-prinsip Metode Bil-Hikmah. Prinsip pertama, bagaimana telah disebutkan adalah terstruktur. Huruf-huruf Hijaiyah dihimpun dalam satu struktur, demikian juga huruf di Awal, di Tengah, dan di Akhir kalimat, termasuk juga bacaan panjang A-I-U distrukturkan dalam satu tabel khusus. Dengan cara seperti ini, maka buku Bil-Hikmah sangat mudah dipelajari, karena tampak cukup sederhana. Buktinya, buku Cara Baca Bil-Hikmah hanya terdiri dari 3 jilid kecil dan tipis. Prinsip kedua, sistem himpunan akan memudahkan pengenalan dan penghapalan bentuk-bentuk huruf yang sama. Dalam teori mengajar, satuan-satuan yang sama perlu dikumpulkan dalam satu himpunan. Matematika dasar mengajarkan sistem himpunan ini. Sejak awal, Buku Bil-Hikmah membuat himpunan-himpunan Huruf Hijaiyah. Misalnya, huruf-huruf ba-ta-sta merupakan satu himpunan, sebagaimana JA-Ha-Kha merupakan satu himpunan juga dan seterusnya. Prinsip ketiga, mengasosiasikan huruf hijaiyah dengan benda-benda yang mudah dikenali siswa akan memudahkan ingatan terhadap huruf-huruf yang perlu dihapalkannya. Pendekatan Asosiasi dalam hal ini diterapkan terhadap himpunan huruf. Jadi lebih mudah, karena jumlah himpunan jelas sekali lebih sedikit ketimbang jumlah juruf Hijaiyah. Dalam buku Bil-Hikmah, himpunan huruf diasosiasikan dengan benda, bina-tang, atau anggota badan. Metode Asosiasi ini ternyata sangat penting dalam memudahkan mengingat dan menghapal sesuatu. Prinsip kedua dan ketiga ter-sebut diaplikasikan dalam Buku 1 Bil-Hikmah, sehingga pelajar pe-mula akan dengan mudah menge-nali, memahami, dan menghapal ke-28 huruf Hijaiyah yang bersyakal. Prinsip keempat, fleksibilitas. Prinsip ini sangat membantu siswa yang lamban ataupun siswa yang cerdas dan orang dewasa untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Buku 1 Bil-Hikmah oleh siswa yang cerdas dan orang dewasa bisa dikuasai dalam waktu yang singkat, karena cukup mempelajari dua halaman saja. Adapun anak kecil dan anak yang lamban perlu mempelajari seluruh halaman buku. Prinsip inilah yang justru memungkinkan buku Bil-Hikmah menjadi pegangan utama anak kecil ataupun orang dewasa. Prinsip kelima, kesamaan bunyi. Dalam Ilmu Tajwid, Alif-Lam Qamariyah dan Syamsiyah diajarkan dalam satu topik bahasan, bacaan Sukun dan Tasydid merupakan satu topik bahasan dengan Syakal. Dalam Bil- Hikmah, sesuai dengan nalarlogis ataupun hasil action research menunjukkan hal lain, yakni menyatukan kesa-maan bunyi. Bacaan Alif-Lam Qamariyah adalah mirip dengan bacaan Sukun, dan bacaan Alif-Lam Syamsiyah mirip dengan bacaan Tasydid. Prinsip keenam, drill untuk huruf-huruf yang memiliki kemiripan bunyi dan penghalusan bacaan. Bacaan A di-drill supaya beda benar dengan 'A, SA dengan Sha dan Sya, dan lain-lain. Termasuk drill untuk menghaluskan huruf-huruf yang kritis, yang disajikan dalam halaman terakhir Buku 3. Prinsip ketujuh, menggabungkan pengajaran membaca dengan menulis. Hasil action research membuktikan bahwa mempelajari sekaligus membaca dan menulis Al-Qur'an justru lebih mempercepat kemampuan membaca sekaligus menulis Al-Qur'an. Prinsip ini terutama untuk siswa TK ke atas. II.II Peta Ketrampilan Siswa Membaca Al-Qur’an 1. Periode 1978-1988. Tahun 1978-1988 dapat dikatakan sebagai dasawarsa kelesuan membaca Al-Qur’an. Suara me-ngaji Al- Qur’an ba’da Maghrib yang biasa menggema pada tahun-tahun sebelumnya, pada dasawarsa tersebut dapat dikatakan sunyi-senyap. Seiring dengan berkurangnya jumlah guru ngaji, televisi mulai memasuki kampung-kampung dan rumah-rumah. Anak-anak pun tidak mengaji. Dorongan mengaji sebenarnya tidak merosot. Tapi anak-anak mulai dasawarsa itu menghendaki program yang instan. Padahal metode membaca Al-Qur’an saat itu masih Baghdadiyah, yakni metode mengeja, yang memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk pintar membaca Al-Qur’an. Anak-anak di era sebelumnya tidak begitu merasakan kejenuhan mengaji bertahun-tahun, karena mereka biasanya mengaji sambil bermain-main.Tapi di era ini acara televisi lebih menarik ketimbang permainan anak-anak di masjid. Akibatnya, jumlah peserta penga-jian melorot tajam. Anak-anak yang tidak bisa mengaji jumlahnya sangat banyak. 2. Periode 1988 – Sekarang Dengan diilhami Metode Qira’ati yang menggunakan pendekatan Shautiyah, Ustad As’ad Humam kemudian menyusun dan mengeksperimentasikan Metode Iqra. Hasilnya luar biasa. Anak-anak bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding Metode Baghdadiyah. Pada tahun 1988 Mentri Agama RI saat itu Bapak Prof. Munawir Syadzali di Yogyakarta melantik ribuan santri alumni Metode Iqra, sekaligus meresmikan metode ini sebagai metode membaca Al-Qur’an yang berlaku untuk seluruh Indonesia. Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA), untuk anak usia TK, dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), untuk anak usia SD, kemudian bermunculan di mana-mana, seperti jamur di musim penghujan. TKA dan TPA pun dibanjiri para santri kecil. Kelesuan belajar membaca Al-Qur’an pun terdongkrak. Anak-anak menjadi bertambah banyak yang pintar membaca Al-Qur’an. Diperkirakan, (Tahun 2001-2002) terdapat sekitar 30% siswa SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an sebagai produk TKA dan TPA. ( Jumlah siswa SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an bisa berbeda-beda, tergantung sedikit banyaknya TKA-TPA tempat belajar mengaji ). 

DAFTAR PUSTAKA 
http://.blogspot.com/ncr/si-pintar-google-mulai-pandai-baca-al.html

Tidak ada komentar