Header Ads

test

METODE BAKDADIYAH BELAJAR BACA ALQURAN

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Mengaji, terutama belajar membaca Al-Qur’an di waktu Maghrib dan Shubuh merupakan kebiasaan anak- anak Muslim tempo dulu. Biasanya anak-anak mengaji itu sambil bermain-main. Jadi, kegiatan mengaji disamping sebagai aktivitas belajar juga merupakan suatu hiburan. Akhir Tahun 1970-an informasi melalui media televisi mulai memasuki kampung-kampung dan rumah-rumah di pedesaan. Waktu Maghrib, sebagai waktu yang biasanya paling banyak dihadiri anak-anak untuk mengaji, justru merupakan acara televisi yang paling menarik untuk ditonton. Perang antara mengaji dan menon-ton televisi saat itu dimenangkan oleh acara televisi. Seiring dengan berkurangnya jumlah guru ngaji dan tempat mengaji, anak-anak Muslim pun banyak yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Akhir tahun1980-an dapat dikatakan era baru dalam mengaji.Dengan munculnya Metode Iqra yang diresmikan oleh Menteri Agama RI saat itu, Bapak Prof. Munawir Syadzali, guru-guru mengaji dididik secara besar-besaran melalui Penataran Metode Iqra. Dan tempat-tempat mengaji pun bermunculan dengan model baru – Taman Kanak-kanak Al-Qur’ an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) tentu dengan manajemen baru. Hasilnya luar biasa. Bila sebelumnya jumlah siswa SD-SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an hanya sekitar 10%, dengan munculnya metode Iqra ini jumlah siswa yang pintar membaca Al-Qur’an dapat didongkrak men- jadi sekitar 30%, suatu peningkat-an yang luar biasa. Hingga awal tahun 2000-an, jumlah siswa SD-SLTP yang pintar membaca Al-Qur’an masih berta-han, sekitar 30%. Dan mereka yang pintar membaca Al-Qur’an itu adalah mereka yang pernah memasuki TKA dan TPA. Artinya, para siswa yang tidak pernah memasuki TKA dan TPA hingga tamat SMU pun, bahkan hingga menjadi mahasiswapun, tidak pernah bisa membaca Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A . Metode Bil-Hikmah
Secara umum terdapat dua metode induk membaca Al-Qur’an, yaitu Baghdadiyah dan Shauthiyah. Ciri utama metode Baghdadiyah adalah mengenalkan nama-nama huruf hijaiyah dan mengeja. Metode ini telah berhasil mengantarkan kaum Muslimin pintar membaca Al-Qur’an. Hanya saja waktunya sangat lama. Metode Shautiyah mendobrak metode Baghdadiyah dengan cara mengajarkan langsung huruf-huruf hijaiyah yang bersyakal, tanpa mengejanya. Puluhan buku panduan metode Shautiyah bertebaran. Tapi, yang berhasil mengantarkan kaum Muslimin pintar membaca Al-Qur’an hanya satu-dua atau beberapa metode saja. Dan waktu belajarnya relatif lebih singkat. Metode Bil-Hikmah meng-ambil keunggulan metode Baghdadiyah dalam mengenalkan struktur huruf hijaiyah dan keunggulan metode Shautiyah dalam mengajarkan huruf yang bersyakal tanpa mengejanya. Hasilnya, terbukti sangat efektif dan efisien.
B . Keunggulan Metode Bil-Hikmah
Keunggulan suatu metode me-ngajar “membaca Al-Qur’an” harus diukur dari dua kriteria utama, yakni efektif dan efisien. Dari segi efektivitas, metode mengajar itu harus mengantarkan para siswa pintar membaca Al- Qur’an dan dari segi efisiensi, metode mengajar itu harus mengantarkan para siswa pintar membaca Al-Qur’an dalam waktu yang relatif singkat.
C . Landasan dan Prinsip Metode Bil-Hikmah
Metode Bil-Hikmah memiliki landasan historis, filosofis, dan ilmi-ah yang cukup kokoh. Metode ini tetap melestarikan struktur huruf sudah berabad-abad dibudayakan huruf Hijaiyah yang lewat Metode Baghdadiyah dalam proses pengajaran Al-Qur'an. Pengenalan struktur ini dipandang sangat penting, karena para murid sejak awal belajar sudah mengetahui berapa banyak Huruf Hijaiyah yang harus mereka kuasai. Berbeda dengan metode yang tidak mengenalkan struktur, para pelajar akan kebingungan,sampai kapankah mereka akan belajar mengenali satu persatu huruf Hijaiyyah itu. Bagi anak kecil mungkin saja tidak begitu bermasalah, tapi bagi pelajar tingkat dewasa tujuan belajar itu justru merupakan motivator. Dan syarat suatu tujuan haruslah jelas arah yang hendak dikejarnya. Di sinilah justru Bil-Hikmah mengambil segi keunggulan struktur huruf Hijaiyah dari metode Baghdadiyah.
Penegasan Struktur Huruf-huruf Hijaiyah dalam metode Bil-Hik-mah bukan hanya karena aspek historis, tetapi juga mengandung filosofi yang cukuga mengandung filosofi yang cuk memperkenalkan struktur ini, diantaranya dalam surat-surat yang dimulai dengan huruf-huruf Hijaiyah, seperti Alif-Lam-Mim. Surat yang dimulai dengan Huruf-huruf Hijaiyah ini terdapat dalam 29 Surat. Ayat-ayat Huruf ini mengandung implikasi filosofis, bahwa pendidikan baca-tulis Al-Qur'an perlu mengenalkan Struktur Huruf Bahasa Al-Qur'an. Tentang struktur ini akan dibahas lebih lanjut dalam prinsip-prinsip metodologi Bil-Hikmah sekarang ini. Segi-segi ilmiah metode Bil-Hikmah cukup banyak, yang dalam kajian ini diistilahkan dengan prinsip-prinsip Metode Bil-Hikmah.
Prinsip pertama,
bagaimana telah disebutkan adalah terstruktur. Huruf-huruf Hijaiyah dihimpun da-lam satu struktur, demikian juga huruf di Awal, di Tengah, dan di Akhir kalimat, termasuk juga bacaan panjang A-I-U distrukturkan dalam satu tabel khusus. Dengan cara seperti ini, maka buku Bil-Hikmah sangat mudah dipelajari, karena tampak cukup sederhana. Buktinya, buku Cara Baca Bil-Hikmah hanya terdiri dari 3 jilid kecil dan tipis.
Prinsip kedua,
sistem himpunan akan memudahkan pengenalan dan penghapalan bentuk-bentuk huruf yang sama. Dalam teori mengajar, satuan-satuan yang sama perlu dikumpulkan dalam satu himpunan. Matematika dasar mengajarkan sistem himpunan ini. Sejak awal, Buku Bil-Hikmah membuat himpunan-himpunan Huruf Hijaiyah. Misalnya, huruf-huruf ba-ta-sta merupakan satu himpunan, sebagaimana JA-Ha-Kha merupakan satu himpunan juga. Dan seterusnya.
Prinsip ketiga,
meng-asosiasi-kan huruf hijaiyah dengan benda-benda yang mudah dikenali siswa akan memudahkan ingatan terhadap huruf-huruf yang perlu dihapalkannya. Pendekatan Asosiasi dalam hal ini diterapkan terhadap himpunan huruf. Jadi lebih mudah, karena jumlah himpunan jelas sekali lebih sedikit ketimbang jumlah juruf Hijaiyah. Dalam buku Bil-Hikmah, himpunan huruf diasosiasikan dengan benda, bina- tang, atau anggota badan. Metode Asosiasi ini ternyata sangat penting dalam memudahkan mengingat dan menghapal sesuatu. Malah tidak kurang dari Bobbi de Porter, pioner dan pencetus "Quantum Learning" menekankan pentingnya metode asosiasi ini.
Prinsip empat
dan ketiga ter-sebut diaplikasikan dalam Buku 1 Bil-Hikmah, sehingga pelajar pe-mula akan dengan mudah menge-nali, memahami, dan menghapal ke-28 huruf Hijaiyah yang bersyakal.
Prinsip kelima,
fleksibilitas. Prinsip ini sangat membantu siswa yang lamban ataupun siswa yang cerdas dan orang dewasa untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Buku 1 Bil-Hikmah oleh siswa yang cerdas dan orang dewasa bisa dikuasai dalam waktu yang singkat, karena cukup mempelajari dua halaman saja. Adapun anak kecil dan anak yang lamban perlu mempelajari seluruh halaman buku. Prinsip inilah yang justru memung-kinkan buku Bil-Hikmah menjadi pegangan utama anak kecil ataupun orang dewasa.
Prinsip keenam ,
kesamaan bunyi. Dalam Ilmu Tajwid, Alif-Lam Qamariyah dan Syamsiyah diajarkan dalam satu topik bahasan, bacaan Sukun dan Tasydid merupakan satu topik bahasan dengan Syakal. Dalam Bil-Hikmah, sesuai dengan nalarlogis ataupun hasil action research menunjukkan hal lain, yakni menyatukan kesa-maan bunyi. Bacaan Alif-Lam Qamariyah adalah mirip dengan bacaan Sukun, dan bacaan Alif-Lam Syamsiyah mirip dengan bacaan Tasydid. Oleh karena itu kedua cara baca itu diurutkan men-jadi: (1) Bacaan Sukun, (2) Bacaan Alif-Lam Qamariyah, (3) Bacaan Tasydid, dan (4) Bacaan Alif-Lam Syamsiyah.
Prinsip ketujuh ,
drill untuk hu-ruf-huruf yang memiliki kemiripan bunyi dan penghalusan bacaan. Bacaan A di- drill supaya beda benar dengan 'A, SA dengan Sha dan Sya, dan lain-lain. Termasuk drill untuk menghaluskan huruf-huruf yang kritis, yang disajikan dalam halaman terakhir Buku 3.
Prinsip kedelapan ,
menggabungkan pengajaran membaca dengan menulis. Hasil action research membuktikan bahwa mempelajari sekaligus membaca dan menulis Al-Qur'an justru lebih mempercepat kemampuan membaca sekaligus menulis Al-Qur'an. Prinsip ini terutama untuk siswa TK Besar ke atas.
D . Profil Metode Bil-Hikmah
Metode Bil-Hikmah lebih meru-pakan metode eklektik, dalam hal ini mengambil sisi-sisi keunggulan dari metode Shautiyah tanpa meninggalkan atau membuang keunggulan-keunggulan dari metode Baghdadiyah. Pendekatan utama metode Bil-Hikmah adalah Shautiyah, yakni mengajarkan Al-Qur'an tanpa mengeja. Tapi keunggulan struktur dari metode Baghdadiyah tetap dipertahankan. Metode Bil-Hikmah secara ketat memulainya dengan memperkenalkan (baca: menghapal) ke 28 huruf Hijaiyah, tapi tanpa mengejanya. Untuk lebih memahami landasan teoritis metode Bil-Hikmah, ter-lebih dahulu perlu diperkenalkan profil bukunya. Buku Bil-Hikmah terdiri atas 4 jilid, yakni sebanyak 3 jilid kecil dan tipis Cepat Membaca Al-Qur'an dan 1 jilid Cepat Menulis Al-Qur'an. Buku 1 dan 2 hanya terdiri dari 22 halaman, Buku 3 agak tebal, yakni 34 halaman; dan Buku Cepat Membaca Al-Qur'an 34 halaman. Buku 1 Bil-Hikmah dimulai dengan memperkenalkan ke 28 huruf Hijaiyah yang bersyakal A, yakni: A-Ba-Ta- Tsa , Ja-Ha-Kha, Da-Dza, Ra-Za, dan seterusnya hingga Ha-Wa-Ya. Mungkin, sekilas sulit membedakan Buku Bil-Hikmah dari buku lainnya yang menggunakan pendekatan Shautiyah, selain bukunya yang sangat tipis. Tapi, jika ditelaah dengan seksama perbedaannya cukup jauh. Buku-buku lain memang memperkenalkan ke 28 huruf Hijaiyah ini dan memulainya dengan syakal A. Tapi buku-buku lain tidak menggunakan pendekatan struktur. Misalnya, pelajaran pertama memperkenalkan 2 huruf Hijaiyah bersyakal A, yaitu A dan Ba. Hari keduanya Ta dan Tsa. Hari ketiganya Ja. Hari keempatnya Ha dan Kha, dan seterusnya. Tampak, tanpa struktur sama sekali. Buku Bil-Hikmah justru menggunakan pendekatan struktur Baghdadiyah. Karena itu, huruf-huruf yang memiliki kesamaan bentuk diajarkan dalam 1-Himpunan, seperti pada contoh di atas. Selain itu buku Bil-Hikmah menggunakan Metode Asosiasi,yaitu mengasosiasikan bentuk hu-ruf dengan benda, binatang atau anggota badan. Misal, huruf A disosiasikan dengan piring mangkok. Huruf Ja-Ha-Kha diasosiasi-kan dengan burung merpati (yang siap terbang), dan huruf Da-Dza diasosiasikan dengan tangan menyiku. Setelah siswa benar-benar mengenal dan hapal seluruh huruf Hijaiyah yang bersyakal-A, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi yang lebih merupakan games dan pengulangan.Kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan ke-28 huruf Hijaiyah yang bersyakal I-U dan An-In-Un. Bagi orang dewasa atau siswa yang cerdas, Buku 1 ini dapat diajarkan secara cepat, yakni begitu memperkenalkan huruf yang bersyakal A, langsung diperkenal-kan yang bersyakal-An; kemudian I dan In, terus U dan Un.
E . Placement Test Baca Al-Qur’an
Untuk memetakan berapa banyak siswa yang sudah pintar dan belum bisa membaca Al-Qur’an, PPBQ telah membakukan sebuah instrumen yang dikenal dengan Placement Test Baca Al-Qur’an Bil-Hikmah, sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
http://na914.blogspot.com/2009/04/metodeblhikmah5.htm http://dtagbi2011.blogspot.com/2011/11/evaluasibilhikmah1.html

Tidak ada komentar